Rabu, 15 Oktober 2008

Jamur Berasap Tumbuh Di Kreongan


JEMBER – Warga Jl Cumpedak Dusun Kreongan Kelurahan Jember Kidul geger akibat munculnya beberapa Jamur aneh ukuran ekstra besar di samping halaman rumah Bu Jumaati. Tak pelak, rumah bu Jum akhirnya akhirnya dipenuhi warga yang ingin tahu dari dekat Jamur aneh berwarna hitam kecoklatan itu.
Menurut penuturan warga dilokasi, hal aneh yang terlihat dari fisik jamur itu adalah ukuran diameter yang mencapai 40 centimeter. Tumbuhan yang dua hari lalu hanya berdiamter sekitar 15 Centimeter itu bisa berkembang cepat hanya dalam tempo dua hari. “Dan dari baliknya dalam waktu tertentu mengeluarkan asap halus seperti orang ngisap rokok itu,”ujar Bu Jum kemarin dilokasi.
Didik, tetangga Bu Jum menceritakan, Jamur itu diketemukan pertama kali oleh Bu Jum hari senin (13/10) lalu. Tetapi perempuan tua itu merasa tidak ada hal aneh. Baru kemarin pagi, Bu Jum merasa aneh karena perkembangan jamur itu sangat cepat. Diapun mendatangi bu Didik yang rumahnya persis di depan rumahnya. “Kalau mau masak Jamur, dipekarangan rumah saya ada yang sangat besar ukurannya,”ujar Didik menirukan Ajakan bu Jum.
Cerita tentang tanaman yang tumbuh dan besar tiba-tiba itupun kemudian menjalar ke seluruh kampong. Hingga kemarin sore, rumah Bu Jum banyak dikunjungi orang untuk melihat dari dekat, Jamur yang tumbuh di bawah pohon mangga dan beberapa pohon kopi itu.
Didik sendiri mengaku heran dengan Jamur itu. “Saya ditempat ini sudah 18 tahun. Tidak pernah muncul tanaman seperti itu, gak tahu. Kok tiba-tiba muncul jamur itu. Padahal, tanah itu dari dulu tidak pernah ditumpungi apapun,”terang Didik menjelaskan. (hh)
Selengkapnya.....

Kamis, 09 Oktober 2008

Mengawal Produk Unggulan Hingga Tuntas


JEMBER – Berbagai potensi yang dimiliki Kabupaten Jember, dinilai sebagai modal besar yang bisa dijual ke daerah luar secara luas. Ragam produk unggulan yang merupakan hasil kerajinan masyarakat (Handy Craft), berbagai komoditas tanaman yang yang memiliki mutu tinggi dan potensi pariwisata yang sangat bagus merupakan asset yang setrategis jika di manage dengan baik.
Dinas Perindustrian Kabupaten Jember, mengaku sudah menyiapkan blue print untuk pengelolaan berbagai potensi itu. Ke depan, Pemkab Jember tidak hanya memberikan sarana untuk mensosialisasikan hasil dan potensi itu, tetapi akan mengawal hingga benar-benar bias memberikan manfaat pada banyak komponen. “Manfaat kepada masyarakat sebagai produsen, lingkungan maupun untuk mendongkrak laju Peapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember,” ujar Ir Hariyanto, MSi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jember kemarin.
Masyarakat yang selama ini telah berkreasi dengan berbagai macam model kerajinan harus dikawal secara maksimal. Langkah itu dipandang perlu karena pergeseran trend dan mode yang menjadi perhatian public luas sering berubah baik bentuk maupun bahan yang digunakan.
Perubahan trend itu harus diinformasikan kepada seluruh produsen sehingga proses penyesuaian akan berlangsung lebih cepat. “Kalau cara ini sudah dilakukan dan produsen bias secepatnya menyesuaikan, maka produk unggulan Jember tidak akan tertinggal,”tambah Hariyanto.
Cara lain yang telah dilakukan Disperindag Jember adalah menggelar pameran produk unggulan. Kata Hariyanto, pihaknya sudah 2 kali menggelar kegiatan itu sejak tahun 2007 lalu. Berbagai kelompok masyarakat yang memiliki produk kerajinan maupun tanaman unggulan diberi kesempatan untuk memamerkan produknya.
Cara itu, menurut Hariyanto berhasil dengan baik. Dalam catatan Disperindag, pameran yang digelar pada tahun 2007 lalu,total transaksi yang terjadi mencapai Rp. 3 Milyard. “Pada tahun 2008 lalu, jumlah transaksi yang terjadi mencapai Rp. 14 Milyard,”terangnya.
Transaksi itu belum termasuk proses kerja sama yang dilakukan oleh produsen dengan investor yang masuk dan tertarik untuk melakukan komunikasi bisnis dengan jangka lebih panjang. Itu berarti, para produsesn yang memaerkan produk unggulannya bisa mengambil manfaat dari sarana yang sudah disiapkannya.
Target ideal yang diharapkan Pemerintah Kabupaten Jember adalah masuknya investasi ke Jember dengan jumlah besar dan banyak. Oleh karena itu, proses sosialisasi dan pembuktian bahwa Kabupaten Jember merupakan daerah yang sangat layak untuk penanaman investasi harus dilakukan dengan baik.
Selain itu, pemkab Jember juga memberikan fasilitas berupa kemudahan untuk pengurusan administrasi kepada para calon investor yang akan masuk ke Jember. “Kebijakan ini merupakan service khusus kepada para investor. Sepanjang alurnya nyata dan serius maka tidak ada alas an bagi kami untuk mengulur waktu,”tegas Hariyanto.
Hingga saat ini, jumlah investor yang sudah masuk sudah cukup banyak. Jenis investasi yang ingin ditanam di Jember beragam. Ada yang ingin berinvestasi pada seksot pertanian, dan bahan tambang yang dimiliki Jember. “Meskipun begitu, kami juga sangat berhati-hati untuk memberikan ijin. Sehingga kalau ingin memasukkan investasi ke Jember sebaiknya bukan perantara,”pungkas Hariyanto.(hh)
Selengkapnya.....

Rabu, 08 Oktober 2008

Jember Menegaskan Posisi Sentra Buah Naga


JEMBER – Sejak tahun 2000 lalu, buah naga sudah dikenalkan kepada public Jember. Meski awal pengenalannya sempat mendapat reaksi penolakan dari sebagian warga, namun beberapa tahun terkahir, Buah Naga makin populer, bahkan menjadi produk unggulan masyarakat terutama yang tingal di daerah dataran tinggi.
Buah Naga kini menjadi komoditas andalan masyarakat Jember. Tidak hanya perkebunan khusus seperti di Rembangan saja, tetapi diberbagai pekarangan dan halaman rumah wargapun saat ini juga banyak menghampar tumbuh pohon Dragon Fruit itu. “Perawatannya gak sulit, hasilnya juga lumayan menguntungkan,”ujar Jumari, salah seorang warga yang tinggal di sekitar Pegunungan Rembangan saat ditemui dikebunnya.
Sambil menyiram beberapa pohon Naganya, Jumari menceritakan bagaimana mensosialisasikan buah naga yang telah memberikan keuntungan besar bagi perkembangan ekonomi keluarganya. “Dulu banyak yang menolak tanaman ini, karena dipandang tidak cocok untuk tanah sini, tapi setelah berjalan beberapa lama dan buktinya nampak, makin banyak yang menanam,”terangnya.
Penolakan warga itu dipicu oleh tidak adanya gambaran tentang buah yang berasal dari negeri Jepang itu. Sebelum melihat bukti langsung, masyarakat memang enggan melakukan penanaman. “Maklum, buah naga ini memang benar-benar komoditas baru,”tambah Jumari.
Keberhasilan budi daya komoditas Buah Naga juga tidak lepas dari peran pemerintah yangb terus melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Di daerah Rembangan yang dikenal sebagai kawasan wisata dengan lereng dan tebing yang indah, komoditas ini ditanam dalam jumlah sangat banyak.
Langkah itu dilakukan untuk memberikan gambaran dan contoh kepada masyarakat bahwa secara geografis arela pegunungan di sekitar Rembangan dan pada beberapa titik areal Kabupaten Jember sangat cocok ditanami pohon Naga. Akhirnya setelah berjalan beberapa waktu, dan kawasan rembangan sudah menjadi sentra buah naga, maka banyak masyarakat yang mengikutinya.
Hingga saat ini, kawasan pegunungan Rembangan dan beberapa tempat lainnya seperti beberapa desa di Kecamatan Arjasa sudah marak dengan Buah Naga. Sepanjang mata melihat, dipinggir jalan yang masih bertebing juga akan nampak batang buah naga yang disanggah. Pohon yang mirip seperti kaktus batang itupun berderet dipinggir jalan, bahkan di halaman rumah warga.
Informasi yang berhasil digalki dari warga menyebutkan, Buah Naga telah menjadi komoditas yang diandalkan. Selain perawatannya mudah, harga jual dari buah yang dipanen juga relative mahal. Misalnya, untuk naga jenis merah putih bisa dijual Rp 20 ribu per kilonya, naga kuning bisa mencapai Rp 75 ribu per kilonya, naga merah dan Super Red bisa Rp 60 ribu per kilogram. "Dengan banyaknya warga yang menanam, kami diminta Pak Djalal untuk menjadikan Rembangan Naga," ujar Suparto, Petani Buah Naga yang tinggal di kec Arjasa menjelaskan.
Kini, masing-masing kepala keluarga (KK) berlomba menjadikan lahan-lahan di rumahnya tumbuh buah naga. Bahkan, yang hanya memiliki sedikit tanah, juga tidak puas dan merancang agar buah naga ditanam di dalam pot. Ternyata, meski ditempatkan di pot, buah naga bisa berbuah banyak dan rasanya cukup unik. (hh)
Selengkapnya.....

Senin, 06 Oktober 2008

Efek Kenaikan BBM


Database Maskin Diperbarui BPS

JEMBER – Database jumlah masyarakat miskin yang diplot bakal menerima berbagai paket bantuan pemerintah didata ulang oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini tentang jumlah maupun perkembangan lain terkait dengan kemiskinan masyarakat.
Materi pendataan diarahkan pada terpenuhinya berbagai informasi pokok tentang anggota maskin yang ada dalam satu rumah tangga. Sehingga sejak tahun 2008 dan seterusnya, berbagai hal yang berkaitan dengan Maskin di Jember tidak perlu muncul lagi persoalan dibawah akibat tidak up to date-nya data di BPS.
Kepala BPS Jember, Drs Lela Octaviana menyatakan, latar belakang dilakukannya pemutakhiran (updating) data Program Perlindungan Sosial (PPLS) itu adalah munculnya berbagai perkembangan dan kenaikan harga pokok sebagai imbas baiknya BBM. Kenyataan ini dipandangf secara significant telah mengakibatkan berbagai persoalan dan turunnya daya beli masyarakat. ”Oleh karena itu, diprediksi jumlah maskin akan semakin bertambah akibat penurunan kemampuan daya beli itu,”ujarnya menerangkan.
Fokus pendataan dilakukan kepada maskin yang menjadi Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang diprioritaskan menerima bantuan. Pembaharuan itu merupakan perbaikan data yang dilakukan pada tahun 2005 lalu. Targetnya adalah, memperbarui informasi tentang kehidupan sosial ekonomi RTS khususnya tentang kualitas tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan kepala rumah tangga dan untuk menambah data anggota rumah tangga sasaran dengan informasi nama, umur, jenis kelamin, status sekolah dan pekerjaan anggota rumah tangga serta informasi tambahan tentang kondisi perumahannya.
Pelaksanaan PPLS 2008 ini didasarkan pada Inpres No. 3 tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk RTS. ”Sasarannya adalah seluruh penerima BLT tahun 2005 sebagai hasil Pendataan Sosial Ekonomi tahun itu dan RTS baru”, imbuh Lela.
Sementara itu, menurut Supardi, SP selaku Kasi Statistik Sosial BPS, bahwa pelaksanaan PPLS ini dilakukan oleh PCL (Pencacah Lapang) dan PML (Pengawas dan Memeriksa Dokumen Lapang). Untuk Kab. Jember, PPLS tahun 2008 ini dilakukan oleh 538 PCL dan 651 PML. ”1 desa memiliki 1 tim PCL yang terdiri dari 2 orang dan 1 orang PML, tergantung pada RTS yang ada”, katanya menjelaskan.
Ia mengungkapkan bahwa PCL biasanya berasal dari perangkat desa setempat, sebab mereka disinyalir tahu seluk-beluk kondisi masyarakat di daerahnya. Sedang PML berasal dari mitra, perangkat desa atau dari KSK (Koordinator Statistik Kecamatan). ”Namun ada juga yang merupakan PML organik, yaitu berasal dari pegawai BPS sendiri”, ungkapnya.
Biasanya, sebelum PCL dan PML itu diterjunkan ke desa, mereka akan diberi pembekalan dan pelatihan tentang konsep definisi dan metodologi pelaksanaan agar pendataannya tidak keluar dari koridor yang ada.
”Jangan sampai petugas PCL atau PML mendata pihak-pihak keluarga atau orang terdekatnya, hanya karena motivasi untuk mendapat bantuan dari pemerintah”, kata Supardi menegaskan.
Sebab, metodologi pendataannya menggunakan daftar wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden sesuai dengan pedoman wawancara dari BPS Pusat.
Di sisi lain, dalam proses pendataan di daerah tentu saja terdapat kendala yang dihadapi, misalnya banyaknya masyarakat yang ingin didata karena ingin dapat bantuan, ”Padahal secara ekonomi mereka tergolong berkecukupan, meski tidak bisa dikatakan lebih”, tandasnya.
Dari hasil pendataan PCL dan PML, kemudian diverifikasi ke RT/RW setempat dan selanjutnya petugas mendatangi langsung RTS untuk dilihat kondisi sosial-ekonominya.
Setelah proses tersebut selesai, maka BPS Kabupaten menyerahkan data-data tersebut ke BPS Pusat untuk dilakukan skoring. Jadi, yang menentukan RTS itu masuk database atau tidak adalah BPS Pusat, bukan kantor Jember. ”Kami hanya melakukan pencacahan dan verifikasi saja, BPS Pusat-lah yang menentukan kelayakan RTS untuk disebut miskin atau tidak”, kata Supardi menambahkan.
Bila skoring telah selesai, ia melanjutkan, maka masih akan dilakukan sweeping, yaitu mendata kembali RTS yang kondisi sosial-ekonominya lebih buruk dari standar miskin RTS seperti yang telah ditetapkan. ”Biasanya kami dapat info dari perangkat desa dan mereka ini kondisinya lebih miskin dari kriteria RTS”, cetusnya.
Hasil data PPLS ini selain untuk mengetahui jumlah rumah tangga miskin, bisa juga digunakan sebagai acuan untuk pemberian BLT, Raskin, Jamkesmas, Kredit Usaha Rakyat, PKH dan bantuan perlindungan sosial lainnya bagi masyarakat miskin. (hh)
Selengkapnya.....