Kamis, 24 September 2009

Pembebasan dari Belenggu Lingkungan Sosial

Kalau dulu pengaruh buruk sering didentifikasi sebagai pengaruh yang datang dari luar, dari masyarakat lain atau dari kebudayaan lain, tetapi sekarang ini ketika situasi sosial telah sedemikian buruk, maka sistem tersebut dengan sendirinya telah memaksa manusia yang hidup di dalamnya untuk turut dalam derap sosial yang sedang menuju pada kenistaan. Dalam situasi begini maka bermasyarakt berarti juga berisiko menghadapi situasi buruk, karena semu teah terdorong untuk melakukan perbuatan nista, seperti mengajarkan kebencian, kerakusan, kekerasan dan sebagainya. Konsep uzlah bahkan hijrah yang dilakukan para Nabi berangkat dari situasi sosial seperti ini.
Menghadapi situasi zaman atau keadaan sosial yang sudah rusak seperti itu kalangan ulama Jawa mengajarkan apa yang disebut dengan topo ngeli (tetap bergaul tapi tidak larut) dengan harapan agar tidak tenggelam dalam kegelapan moral, sehingga tetap bisa menjaga norma agama dan norma sosial yang sehat. Bila orang sudah bisa mensikapi perkembangan sosial seperti itu maka dia disebut sebagai orang yang mati sajeruning urip (mati ketika masih hidup). Mampu menahan semoa godaan hidup sebagaimana dituntut oleh situasi sosial yang ada.
Puasa dalam Islam adalah sebagai upaya mengatasi berbagai problem sosial yang dihadapi terutama soal moral. Bagi orang kebanyakan yang masih pada taraf nafsu bahimiah (jiwa binatang), maka dengan keserakahannya akan sulit menahan godaan nafsu duniawi. Sebaliknya bagi orang yang telah mencapai nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang), akan mampu menghadapi godaan seberapapun beratnya, baik berupa harta maupun kekuasaan.
Kondisi sosial kita sekarang ini telah demikian buruk, di mana seluruh kehidupan telah diliberalisasi, sehingga hubungan antar masnuisa menjadi sedemikian renggang, masing-masing menjadi pesaing dari yang lain. Bersaing dalam memperoleh harta, bersaing memperebutkan pangkat dan kedudukan, bersaing mendapatkan ketenaran. Kesemuanya berujung pada satu tujuan yaitu harta. Persaingan itu ditempuh dengan cara menipu, menjegal berkhianat dan sebagainya. Inilah karakter zaman kita sekarang ini, kejujuran dan kebenaran dianggap tidak relevan.
Puasa yang kita jalankan sebagai sarana untuk memcapai ketakwaan itu sekaligus merupakan sarana untuk menghadapi situasi sosial yang buruk seperti sekarang ini. Tetapi ketika peningkatan ketakwaan belum juga diperoleh, hari telah keburu lebaran sebagai hari pembebasan, bebas dari belenggu sosial yang mengarah pada amoralitas. Dalam konteks ini hari lebaran merupakan hari pebuktian apakah benar-benar puasa kita mencapai ketakwaan, sehingga membawa pada pembebasan. Kalau setelah lebaran seseorang mampu membebaskan dari kultur sosial yang hitam yang liberal dan kapitalistik ini berarati mereka telah memperoleh ketakwaan dan mampu membebaskan diri dari cengkeraman sosial yang merusak.
Tetapi kalau setelah lebaran mereka semakin kuat mengikuti arus tanpa sedikitpun melakukan resistensi terhadap arus budaya massa yang konsumtif, hedonis, maka itu berarati mereka sama sekali tidak berlebaran, tidak memperoleh pembebasan, karena puasanya tidak mengarah pada ketakwaan. Hal iti tidak lain ketika berpuasa nafsu bahimiyah (binatang) tetap menguasai jiwanya sehingga dalam melaksanakan puasa semakin banyak makan dan minum. Kezuhudan bukan diutamakan, sebaliknya ketamakan yang ditampakkan, sehingga nafsu mengumpulkan berbagai kesenangan duniawi lebih ditonjolkan ketimbang upaya meraih kebahagiaan ukhrawi.
Dalam situasi sosial dan politik yang buruk seperti ini dimana setiap orang yang hidup didalamnya harus mengikuti arus dan logika yang mereka gerakkan. Sistem sosial yang liberal kapitalistik ini punya pengaruh besar dalam pembentukan sikap dan kepribadian seseorang, sehingga dengan mudah orang menyesuaikan diri dengannya. Dan amat berat bisa bertahan dari pengaruh sistem ini, kecuali orang yang sudah bisa melakukan topo ngeli atau melakukan mati sajeruning urip, inilah yang disebut dengan hidup asketik yang dlam tasawuf disebut sebagai zuhud, sebiah tahapan awal menuju takarub keada Allah. Puasa merupakan langkah ke sana dan Lebaran merupakan momentum pembuktiannya.
Untuk memperbaiki masyarakat yang telah terbelenggu dalam sistem ini tidak cukup hanya dengan memperbaiki manusia sebagai individu. Melakukan perombakan total dari sistem sosial, atau revolusi sosial ini merupakan langkah strategis yang harus dtempuh. Sekuat apapun membina mental anggota masyarakat kalau situasi sosial tempat dia hidup masih buruk, maka orang akan cenderung berperilaku buruk, ketiak keburukan telah menjadi kelaziman dan tidak adalagi kontrol sosial unuk mencegah keburukan. Revolusi sosial sangat penting sebagai pijakan bagi revolusi moral. (Abdul Mun’im DZ/nuo) Selengkapnya.....

Sekali Pidato, Ghadafi Sebut PBB Sebagai Dewan teror

New York - Bagi Pemimpin Libya Muammar Gaddafi, berpidato di Majelis Umum PBB, Rabu (23/9), adalah kesempatan pertamanya. Nah, kesempatan itu dipakainya untuk "menyemprot" PBB. Gaddafi mengecam negara-negara besar dalam Dewan Keamanan (DK) PBB.
Sementara itu, sanak saudara para korban pengeboman Lockerbie tahun 1988 melakukan aksi unjuk rasa di luar markas besar PBB ketika Kolonel Gaddafi tiba. Orang Libya yang dinyatakan bersalah melakukan pengeboman itu dibebaskan dari sebuah penjara di Skotlandia bulan lalu.
Sementara, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, yang sebelumnya mengatakan dia tidak percaya "holocaust" terjadi, akan berpidato Rabu waktu New York.
Karuan saja, Israel menyerukan agar pidato Ahmadinejad diboikot. sementara para anggota delegasi dari Jerman mengatakan mereka akan melakukan aksi walkout, keluar dari ruangan, bila Ahmadinejad mengulangi lagi klaimnya.
Dewan teror
Ketika berpidato setelah Presiden Obama, Gaddafi mengecam keras struktur kekuatan PBB saat ini. Menurutnya, DK ketinggalan zaman dan tidak adil, karena kekuasaan tidak rata.
Sambil memegang salinan mukadimah Piagam PBB, dia mengatakan,"Dalam pembukaan ini dikatakan bahwa semua bangsa memiliki hak yang sama walaupun negara itu kecil atau besar. Apakah kita semua sama dalam hak memiliki kursi permanen Dewan Keamanan? Tidak, kita tidak sama. Apakah kita semua memiliki hak veto?"
Kemudian, Gaddafi mengatakan demokrasi seharusnya bukan menjadi barang mewah bagi negara kaya atau negara yang lebih kuat.
"Semua negara harus memiliki hak yang sama. Bagi mereka yang memiliki posisi permanen Dewan Keamanan, sistem ini merupakan sistim feodal politik. Dewan ini seharusnya bukan bernama Dewan Keamanan, tetapi Dewan Teror," kritiknya.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon membuka sidang umum PBB ini pada Rabu dengan mengatakan kepada para pemimpin yang hadir bahwa "Sekarang adalah waktunya untuk mengembalikan persatuan ke dalam PBB".
Urutan pidato dalam Majelis Umum berdasarkan aturan protokoler, dengan sedikit kelonggaran.
Juru bicara PBB menyebutkan proses menentukan urutan pidato itu sebagai tugas yang "menantang dan sangat rinci".
Ada sistem yang disepakati, yaitu kepala negara didahulukan dari kepala pemerintahan dan putra mahkota.
Tetapi ada sejumlah pengecualian, salah satunya adalah bahwa Perdana Menteri Inggris Gordon Brown akan berpidato sebelum Presiden Cina, Hu Jintao. (nuo) Selengkapnya.....