Senin, 01 September 2008

Mengintip Kehidupan Pesantren Salaf

Bertahan Dengan Memberi Manfaat Ganda

JEMBER – Pesantren tradional, hingga saat ini masih konsisten memberikan manfaat bagi masyarakat. Model pendidikan yang khas, khususnya kajian kitab kuning, telah menjadikan Pondok Pesantren tetap bertahan ditengah revolusi dunia pendidikan umum yang berkembang luar biasa.
Pondok Pesantren Nurul Huda, berlokasi di Desa Pondok Joyo Kecamatan Semboro - Jember , merupakan salah satu lembaga pendidikan Pesantren yang hingga saat ini masih memberlakukan pola salafiah. Meskipun tidak sepenuhnya, tetapi kegiatan pembelajaran kitab kuningnya tetap diberikan dengan porsi yang sangat dominant.
“Siang hari kami berikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan kegiatan sekolah umum. Tetapi sore hingga malam kami berikan pendidikan keagamaan dengan ngaji kitab dan Al qur’an,” ujar KH Musthofa AF, Putera Pengasuh Pesantren Nurul Huda.
Menurut Putera KH Abdurraouf Faqih itu, kehadiran Pesantren tetap menjadi kebutuhan masyarakat. Pasalnya, pesantren menjadi tempat untuk membentuk ahlak dan kepribadian generasi muda. “Bidang Akidah dan Ahlak merupakan program prioritas pesantren dalam memberikan pembelajaran kepada semua santri,”terang Musthofa.
Tantangan hidup yang semakin berat memerlukan kekuatan hati yang kokoh. Hal itu sangat sulit diperoleh pada lembaga pendidikan selain Pondok Pesantren. Musthofa optimis, Pesantren yang dikelolanya merupakan salah satu media yang akan memberikan sarana penyeimbang tersebut. “Karena kami juga secara intens memberikan pendidikan tentang cara mengelola hati dan menguatkannya ketika menghadapi berbagai tantatang hidup. Sumbernya dari kitab-kitab yang sudah masyhur itu,”tegasnya.
Nilai pengetahuan dan amaliah ahlak merupakan target utama yang harus dimiliki oleh para santri. Tak heran, jika setiap hari, pendidikan berupa ngaji kitab Fiqih yang banyak mengupas tentang halal dan haramnya sesuatu terus dilakukan. Seluruh santri diwajibkan ikut pengajian kitab dan Al qur’an seusai kegiatan sekolah umumnya.
Selain pengetahuan Fiqih, pelajaran Akhlak juga menjadi sesuatu yang diajarkan secara dominant selain pengetahuan tentang Hadits dan pemahaman A Qur’an. Pasalnya, citra pesantren selama ini dikenal dengan media untuk membentuk ahlak dengan amaliah langsung dimasyarakat.
“Disinilah letak pembeda utama antara produk murni pendidikan umum dengan pendidikan yang dikelola Pesantren. Santri, selain dikenal berpengetahuan luas juga harus dikenal berkakhlak bagus. Jika tidak, maka lembagalah yang akan dijatuhi sangsi moral oleh masyarakat,”tambah Mushofa.
Lebih jauh Musthofa menyatakan, pesantren dengan model pendidikan yang dikelolanya, sesungguhnya merupakan alternative terbaik bagi masyarakat dalam memberikan bekal pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan ganda yang diberlakukan pesantren, secara significant akan memberikan keuntungan besar.
Jika seorang menjalani pendidikan di pesantren, maka pengawasan secara kontinue akan dilakukan dan menjadi tanggung lembaga. Tinggal diasrama akan lebih membuat perkembangan keilmuan anak semakin cepat. Selain karena intensitas pembelajaraan yang intens, komunitas santri yang bersamanya akan membuat pikirannya tetap terkonsentrasi pada keilmuan saja.
Pentingnya tinggal diasrama, menurut Musthofa adalah untuk membuat proses pembudayaan dan pengamalan hasil ngaji santri lebih bias dibudayakan secara nyata. “Artinya pengawalan itu harus dilakukan dengan maksimal. Begitu ngaji selesai, keilmuannya harus diamalkan. Itu harus dikawal hingga menjadi tradisi bagi santri itu, kalau sudah menjadi tradisi, berarti sudah bisa menjadi kepribadian. Itu sisi penting tinggal diasrama pondok,”pungkasnya.(Ahmad Hasan Halim)

0 komentar: