Rabu, 24 Maret 2010

Menghidupkan Kembali Kesenian Ditengah Keterhimpitan


Kesenian rakyat bernama Takbuta’an (buto-butoan/ondel-ondel) juga lahir dan berkembang di Jember. Diyakini sebagai alat untuk menolak bala (musibah-red), tarian dengan menggunakan tak-buta’an lahir sebagai sebuah kreatifitas masyarakat disebuah desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.
Sebelum tersingkir oleh permainan modern, Takbuta’an yang dibuat dari bahan berbasis kertas dengan rangka bamboo itu selalu muncul ketika disebuah desa terjadi sesuatu yang meresahkan kehidupan masyarakat, seperti wabah penyakit atau bila sedang gagal panen. Namun seiring perkembangan jaman, keberadaan seni khas rakyat pinggrian Jember it terus meredup dan hampir punah.
Menurut Andiyanto, Ketua Pecinta Seni Takbuta’an, tarian khas itu memang cirri khas masyarakat Jember utara. “Kemunculannya tidak sembarangan waktu, hanya pada saat masyarakat melakukan selamatan tolak bala, maka tarian Takbuta’an dilakukan,”ujarny menceritakan.
Sebagai sebuah warisan leluhur, Andiyanto dan teman-temannya terus berupaya agar keseian tradisional itu bisa bertahan dari waktu ke waktu. Andi mengaku bersyukur karena kemarin lusa, ketika ada Bedah Potensi Desa yang dipusatkan di Kecamatan Arjasa, kesenian Takbuta’an diperbolehkan tampil untuk menunjukkan eksistensi.
“Kami senang, karena bisa tampil langsung dihadapan Bapak Bupati Jember dan rombongannya. Sungguh, saya berharap, kesenian ini bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten agar bisa bertahan hidup,”ujar Andiyanto kemarin.
Takbuta’an akan menjadi bagian dari sederet perbendaharaan seni budaya masyarakat Jember asli. Jika perhatian dari pemerintah bisa didapatkan, Andi optimis kesenian yang nyaris punah itu akan bisa dibangkitkan kembali dan berjaya.
Harapan Andiyanto juga diamini oleh Kepala Desa Kamal, Kusnadi. Seni Takbuta’an hanya akan berkembang dan bertahan ditengah perkembangan seni budaya baru jika pemerintah memberikan dorongan dan dukungan yang cukup. “Sangat eman jika kesenian warisan nenek moyang ini dibiarkan mati dan tidak dikenal anak cucu,”terangnya.
Kusnadi. menyampaikan kesenian tak butak’an ini merupakan warisan budaya yang sama halnya dengan kesenian-kesenian lain seperti ludruk suroboyoan, gandrung banyuwangi, dan can macanan katdukyang juga milik khas masyarakat Jember.
Untuk menjaga kelangsungan kesenian itu, Kusnadi mengaku banyak melakukan loby kepada masyarakat diberbagai padukuhannya agar menyisipkan acara berisi tarian Takbuta’an jika memiliki hajatan atau acara yang melibatkan orang banyak. “Dengan cara ini, saya berharap agar kesenian ini semakin dikenal dan digemari masyarakat,”ungkap Kusnadi.
Kusnadi membayangkan, jika berbagai lembaga pemerintahan di lingkungan Pemkab Jember memanfaatkan keberadaan kesenian Takbuta’an sebagai salah satu elemen acara yang digelar, maka dalam waktu tidak lama, seni tari Takbuta’an akan bisa kembali menyebar dan dikenal akrab masyarakat. (Ahmad Hasan Halim)

0 komentar: