Keinginan untuk bisa memnuhi kebutuhan pangan dengan mengandalkan hasil areal persawahan yang di kelola masyarakat Jember tetap menjadi target. Keinginan itu kemudian dilaksanakan dengan memberikan dorongan secara maksimal kepada petani agar diajak bersinergi untuk mencapai target tersebut.
Pemerintah meminta kepada Petani untuk lebih serius dan berhati-hati dalam mengelola areal persawahan yang ditanami bahan pangan. Sedangkan pemerintah bertugas untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang diperlukan. Suplay dari pemerintah itu mulai dari pemenuhan kebutuhan air hingga kepada tehnis peningkatan mutu panennya.
“Komitment Pemkab sangat jelas. Ingin agar kebutuhan pangan Jember dapat diswasembadakan dari areal sendiri. sehingga kita tidak perlu lagi mengandalkan hasil dari daerah lain atau bahkan negara lain,”ujar kepala Bapekab Jember, Mudhar Syarifuddin kemarin.
Desain Pemkab Jember untuk meningkat hasil panen yang realisasinya dipimpin oleh Dinas Pertanian Jember ternyata menunjukkan peningkatan yang significant. Setelah disentuh dengan tekhnologi pertanian atau Sapta Usaha Tani secara utuh, produksi pertanian jadi meningkat.
Data yang dimiliki Bapekab Jember, tahun 2005 produksi padi mencapau 52,04 KW/hektar. Keberhasilan itu menjadi semakin bagus setelah tahun 2006 ternyata produksi padi menjadi 53,45/hektar. “Peningkatan juga terjadi pada tahun 2007, karena nilai produktifitas panen padi menjadi sebesar 54,91 KW/hektar,”terang Mudhar.
Keberhasilan itu karena sejak tahun 2005 pemerintah telah memberikan prioritas pengembangan dan pembangunan bidang pertanian. Bentuk realisasi dari komitment prioritas itu telah dirupakan dengan pemenuhan saran pra saran yang dibutuhkan.
Menurut Mudhar, tahun 2005 lalu Pemkab Jember telah mengalokasikan sekitar 58 unit hand traktor kepada petani, power thresher 129 unit, dan pengering gabah 5 unit. Alat pengering itu diadakan pemerintah untuk mengantisipasi jika panen yang dilakukan petani bersamaan dengan musim penghujan.
Peningkatan bantuan dan pengadaan peralatan itu terus dilakukan. Terbukti pada tahun 2006 jumlah hand traktor sudah mencapai 105 unit, power threseher mencapai 158 unit, dan pengering gabah menjadi 9 unit. Sementara data untuk tahun 2007 tercatat, jumlah hand traktor 115 unit, power thresher 162 unit dan pengering gabah bertambah menjadi 13 unit.
Mudhar menegaskan, data itu merupakan sebuah bukti otentik yang bisa menjelaskan tentang keberpihakan pemerintah kabupaten Jember dalam memperjuangkan keinginan agar petani bisa memiliki nilai tawar lebih sekaligus bisa memenuhi kebutuhan pangan dari daerah sendiri. “Semangat ini yang harus ditangkap, sehingga semua komponen masyarakat khususnya petani agar segera bisa menyesuaikan diri,”tandasnya.
Kabupaten Jember, secara ideal memiliki lahan pertanian yang sangat cukup untuk bisa diproyeksikan mandiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Sebab jika lahan yang ada itu sudah bisa dikelola secara maksimal, maka dipastikan hasilnya akan melimpah dan dapat dijadikan jawaban saat daerah lain membutuhkan. “Sangat memprihatinkan jika Jember yang memiliki lahan pertanian luas justru tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri,”pungkasnya. (hh)
Pemerintah meminta kepada Petani untuk lebih serius dan berhati-hati dalam mengelola areal persawahan yang ditanami bahan pangan. Sedangkan pemerintah bertugas untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang diperlukan. Suplay dari pemerintah itu mulai dari pemenuhan kebutuhan air hingga kepada tehnis peningkatan mutu panennya.
“Komitment Pemkab sangat jelas. Ingin agar kebutuhan pangan Jember dapat diswasembadakan dari areal sendiri. sehingga kita tidak perlu lagi mengandalkan hasil dari daerah lain atau bahkan negara lain,”ujar kepala Bapekab Jember, Mudhar Syarifuddin kemarin.
Desain Pemkab Jember untuk meningkat hasil panen yang realisasinya dipimpin oleh Dinas Pertanian Jember ternyata menunjukkan peningkatan yang significant. Setelah disentuh dengan tekhnologi pertanian atau Sapta Usaha Tani secara utuh, produksi pertanian jadi meningkat.
Data yang dimiliki Bapekab Jember, tahun 2005 produksi padi mencapau 52,04 KW/hektar. Keberhasilan itu menjadi semakin bagus setelah tahun 2006 ternyata produksi padi menjadi 53,45/hektar. “Peningkatan juga terjadi pada tahun 2007, karena nilai produktifitas panen padi menjadi sebesar 54,91 KW/hektar,”terang Mudhar.
Keberhasilan itu karena sejak tahun 2005 pemerintah telah memberikan prioritas pengembangan dan pembangunan bidang pertanian. Bentuk realisasi dari komitment prioritas itu telah dirupakan dengan pemenuhan saran pra saran yang dibutuhkan.
Menurut Mudhar, tahun 2005 lalu Pemkab Jember telah mengalokasikan sekitar 58 unit hand traktor kepada petani, power thresher 129 unit, dan pengering gabah 5 unit. Alat pengering itu diadakan pemerintah untuk mengantisipasi jika panen yang dilakukan petani bersamaan dengan musim penghujan.
Peningkatan bantuan dan pengadaan peralatan itu terus dilakukan. Terbukti pada tahun 2006 jumlah hand traktor sudah mencapai 105 unit, power threseher mencapai 158 unit, dan pengering gabah menjadi 9 unit. Sementara data untuk tahun 2007 tercatat, jumlah hand traktor 115 unit, power thresher 162 unit dan pengering gabah bertambah menjadi 13 unit.
Mudhar menegaskan, data itu merupakan sebuah bukti otentik yang bisa menjelaskan tentang keberpihakan pemerintah kabupaten Jember dalam memperjuangkan keinginan agar petani bisa memiliki nilai tawar lebih sekaligus bisa memenuhi kebutuhan pangan dari daerah sendiri. “Semangat ini yang harus ditangkap, sehingga semua komponen masyarakat khususnya petani agar segera bisa menyesuaikan diri,”tandasnya.
Kabupaten Jember, secara ideal memiliki lahan pertanian yang sangat cukup untuk bisa diproyeksikan mandiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Sebab jika lahan yang ada itu sudah bisa dikelola secara maksimal, maka dipastikan hasilnya akan melimpah dan dapat dijadikan jawaban saat daerah lain membutuhkan. “Sangat memprihatinkan jika Jember yang memiliki lahan pertanian luas justru tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri,”pungkasnya. (hh)
0 komentar:
Posting Komentar