Selasa, 11 Maret 2008

Lembaga Modal Maskin Perlu Mitra


JEMBER – Lembaga Keuangan Mikro Masyarakat (LKMM) dirangsang untuk terus maju dengan menggandengkannya dengan pihak bank sebagai penyedia modal. Lembaga keuangan tingkat kecamatan yang mayoritas beranggotakan perempuan itu dipandang berhasil untuk menjadi salah satu pelopor pergerakan ekonomi masyarakat miskin.
Pengupayaan itu dijanjikan bupati Jember MZA Djalal saat mengunjungi salah satu LKMM yang berlokasi di desa Puger Wetan belum lama ini. Djalal yang sejak awal dikukuhkan sebagai bupati sudah berkomitment melakukan percepatan pengentasan kemiskinan, memberikan angin segar kepada para pengurus lembaga yang menangani permodalan usaha kecil itu. ”Ayo sekarang ceritakan kendala mendasar yang dalam pengembangan LKMM ini,”ujarnya kepada para pengurus LKMM Srikandi Desa Puger Wetan yang dikunjunginya.
Ketua LKMM desa pinggiran pantai Puger, Ny Siti Murbayah menjelaskan, gerakan lembaga keuangan yang diketuainya sudah mengalami ketidakseimbangan antara permintaan pinjaman anggota dengan kas yang tersedia. Jumlah kas yang dimilikinya sudah tidak mencukupi kebutuhan modal anggota untuk pengembangan masing-masing.
Sejak didirikan pertengahan tahun 2006 lalu, LKMM Srikandi mengalami dinamika dan kemajuan yang cukup berarti. Perkembangan sudah mencakup pada jumlah anggota dan modal yang saat ini dimiliki lembaganya. ”Dulu modal yang kami miliki hanya Rp 91 juta untuk seluruh anggota Pokmas di desa-desa. Sekarang modal itu sudah berkembang menjadi Rp 300 juta,”ujarnya.
Anggota juga mengalami perkembangan pesat. Awal didirikan, LKMM Srikandi hanya menangani 25 Kelompok Masyarakat dengan jumlah anggota sekita 125 orang. ”Saat ini kami memiliki anggota sebanyak 1.292 orang. Aturannya, setiap 5 orang berkelompok menjadi karena ada konsep tanggung renteng dalam mempertanggung jawabkan pinjaman,”ungkap Murbayah kepada Bupati Jember dikantornya.
Jumlah modal yang tersedia menjadi tidak sebanding jika diukur dengan kebutuhan anggotanya. Murbayah mengaku sering mengalami kesulitan ketika permintaan pinjaman modal dari anggota datang bersamaan. Kondisi itu, membuat pihaknya hanya mampu memberikan pinjaman maksimal Rp 700 ribu kepada anggota.
Murbayah menegaskan, nilai maksimal pinjaman itu tentu sudah tidak idela untuk menjadi modal pengembangan usaha anggota. ”Usaha anggota yang sudah berkembang baik, sehingga uang senilai Rp 700 ribu itu masih sangat kurang untuk bisa mendorong perkembangan usahanya,”katanya menjelaskan.
Ungkapan senada juga muncul dari bendahara LKMM Srikandi. Siti Zubaidah mengaku sering mengalami kusulitan jiak sudah menghadi anggota secara bersamaan mengajukan pinjaman. Pasalnya, jumlah kas yang tersedia dengan nilai pinjaman sangat tidak berimbang. ”Akhirnya saya bagi rata agar tidak menimbulkan persoalan baru,”ujarnya.
Menurut Zubaidah, perputaran keuangan yang dikelolanya sampai saat ini berjalan lancar. Pengembalian pinjaman anggota berjalan normal. Lancarnya pengembalian itu salah satunya didorong oleh mekanisme yang diberlakukan yaitu resiko tanggung renteng. ”Jika ada anggota yang nakal, maka satu kelompok akan dikenai sangsi dan tidak boleh pinjam selama anggota macet itu mengembalikan pinjaman,”ujarnya.(hh)

0 komentar: