JEMBER – Sejak tahun 2000 lalu, buah naga sudah dikenalkan kepada public Jember. Meski awal pengenalannya sempat mendapat reaksi penolakan dari sebagian warga, namun beberapa tahun terkahir, Buah Naga makin populer, bahkan menjadi produk unggulan masyarakat terutama yang tingal di daerah dataran tinggi.
Buah Naga kini menjadi komoditas andalan masyarakat Jember. Tidak hanya perkebunan khusus seperti di Rembangan saja, tetapi diberbagai pekarangan dan halaman rumah wargapun saat ini juga banyak menghampar tumbuh pohon Dragon Fruit itu. “Perawatannya gak sulit, hasilnya juga lumayan menguntungkan,”ujar Jumari, salah seorang warga yang tinggal di sekitar Pegunungan Rembangan saat ditemui dikebunnya.
Sambil menyiram beberapa pohon Naganya, Jumari menceritakan bagaimana mensosialisasikan buah naga yang telah memberikan keuntungan besar bagi perkembangan ekonomi keluarganya. “Dulu banyak yang menolak tanaman ini, karena dipandang tidak cocok untuk tanah sini, tapi setelah berjalan beberapa lama dan buktinya nampak, makin banyak yang menanam,”terangnya.
Penolakan warga itu dipicu oleh tidak adanya gambaran tentang buah yang berasal dari negeri Jepang itu. Sebelum melihat bukti langsung, masyarakat memang enggan melakukan penanaman. “Maklum, buah naga ini memang benar-benar komoditas baru,”tambah Jumari.
Keberhasilan budi daya komoditas Buah Naga juga tidak lepas dari peran pemerintah yangb terus melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Di daerah Rembangan yang dikenal sebagai kawasan wisata dengan lereng dan tebing yang indah, komoditas ini ditanam dalam jumlah sangat banyak.
Langkah itu dilakukan untuk memberikan gambaran dan contoh kepada masyarakat bahwa secara geografis arela pegunungan di sekitar Rembangan dan pada beberapa titik areal Kabupaten Jember sangat cocok ditanami pohon Naga. Akhirnya setelah berjalan beberapa waktu, dan kawasan rembangan sudah menjadi sentra buah naga, maka banyak masyarakat yang mengikutinya.
Hingga saat ini, kawasan pegunungan Rembangan dan beberapa tempat lainnya seperti beberapa desa di Kecamatan Arjasa sudah marak dengan Buah Naga. Sepanjang mata melihat, dipinggir jalan yang masih bertebing juga akan nampak batang buah naga yang disanggah. Pohon yang mirip seperti kaktus batang itupun berderet dipinggir jalan, bahkan di halaman rumah warga.
Informasi yang berhasil digalki dari warga menyebutkan, Buah Naga telah menjadi komoditas yang diandalkan. Selain perawatannya mudah, harga jual dari buah yang dipanen juga relative mahal. Misalnya, untuk naga jenis merah putih bisa dijual Rp 20 ribu per kilonya, naga kuning bisa mencapai Rp 75 ribu per kilonya, naga merah dan Super Red bisa Rp 60 ribu per kilogram. "Dengan banyaknya warga yang menanam, kami diminta Pak Djalal untuk menjadikan Rembangan Naga," ujar Suparto, Petani Buah Naga yang tinggal di kec Arjasa menjelaskan.
Kini, masing-masing kepala keluarga (KK) berlomba menjadikan lahan-lahan di rumahnya tumbuh buah naga. Bahkan, yang hanya memiliki sedikit tanah, juga tidak puas dan merancang agar buah naga ditanam di dalam pot. Ternyata, meski ditempatkan di pot, buah naga bisa berbuah banyak dan rasanya cukup unik. (hh)
Buah Naga kini menjadi komoditas andalan masyarakat Jember. Tidak hanya perkebunan khusus seperti di Rembangan saja, tetapi diberbagai pekarangan dan halaman rumah wargapun saat ini juga banyak menghampar tumbuh pohon Dragon Fruit itu. “Perawatannya gak sulit, hasilnya juga lumayan menguntungkan,”ujar Jumari, salah seorang warga yang tinggal di sekitar Pegunungan Rembangan saat ditemui dikebunnya.
Sambil menyiram beberapa pohon Naganya, Jumari menceritakan bagaimana mensosialisasikan buah naga yang telah memberikan keuntungan besar bagi perkembangan ekonomi keluarganya. “Dulu banyak yang menolak tanaman ini, karena dipandang tidak cocok untuk tanah sini, tapi setelah berjalan beberapa lama dan buktinya nampak, makin banyak yang menanam,”terangnya.
Penolakan warga itu dipicu oleh tidak adanya gambaran tentang buah yang berasal dari negeri Jepang itu. Sebelum melihat bukti langsung, masyarakat memang enggan melakukan penanaman. “Maklum, buah naga ini memang benar-benar komoditas baru,”tambah Jumari.
Keberhasilan budi daya komoditas Buah Naga juga tidak lepas dari peran pemerintah yangb terus melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Di daerah Rembangan yang dikenal sebagai kawasan wisata dengan lereng dan tebing yang indah, komoditas ini ditanam dalam jumlah sangat banyak.
Langkah itu dilakukan untuk memberikan gambaran dan contoh kepada masyarakat bahwa secara geografis arela pegunungan di sekitar Rembangan dan pada beberapa titik areal Kabupaten Jember sangat cocok ditanami pohon Naga. Akhirnya setelah berjalan beberapa waktu, dan kawasan rembangan sudah menjadi sentra buah naga, maka banyak masyarakat yang mengikutinya.
Hingga saat ini, kawasan pegunungan Rembangan dan beberapa tempat lainnya seperti beberapa desa di Kecamatan Arjasa sudah marak dengan Buah Naga. Sepanjang mata melihat, dipinggir jalan yang masih bertebing juga akan nampak batang buah naga yang disanggah. Pohon yang mirip seperti kaktus batang itupun berderet dipinggir jalan, bahkan di halaman rumah warga.
Informasi yang berhasil digalki dari warga menyebutkan, Buah Naga telah menjadi komoditas yang diandalkan. Selain perawatannya mudah, harga jual dari buah yang dipanen juga relative mahal. Misalnya, untuk naga jenis merah putih bisa dijual Rp 20 ribu per kilonya, naga kuning bisa mencapai Rp 75 ribu per kilonya, naga merah dan Super Red bisa Rp 60 ribu per kilogram. "Dengan banyaknya warga yang menanam, kami diminta Pak Djalal untuk menjadikan Rembangan Naga," ujar Suparto, Petani Buah Naga yang tinggal di kec Arjasa menjelaskan.
Kini, masing-masing kepala keluarga (KK) berlomba menjadikan lahan-lahan di rumahnya tumbuh buah naga. Bahkan, yang hanya memiliki sedikit tanah, juga tidak puas dan merancang agar buah naga ditanam di dalam pot. Ternyata, meski ditempatkan di pot, buah naga bisa berbuah banyak dan rasanya cukup unik. (hh)
0 komentar:
Posting Komentar